Memberikan Jawaban Atas Pertanyaan Isteri dan Tidak Menghinanya
BAB II
HAK-HAK ISTERI ATAS SUAMINYA
Pasal 12
Memberikan Jawaban Atas Pertanyaan Isteri dan Tidak Menghinanya
Imam al-Bukhari (no. 103) berkata, Sa’id bin Abi Maryam memberitahu kami, dia berkata, Nafi’ bin ‘Umar memberitahu kami, dia berkata, Ibnu Abi Mulaikah memberitahuku bahwa ‘Aisyah, isteri Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak mendengar sesuatu pun yang tidak dia ketahui, kecuali dia bertanya terhadapnya sehingga mengetahuinya. Dan bahwasanya Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah bersabda:
مَنْ حُوسِبَ عُذِّبَ.
“Barangsiapa yang dipersulit ketika dihisab, maka dia akan diadzab.”
‘Aisyah berkata, “Lalu kutanyakan, ‘Bukankah Allah Ta’ala telah berfirman:
فَسَوْفَ يُحَاسَبُ حِسَابًا يَّسِيْرًاۙ
‘Maka ia akan diperiksa dengan pemeriksaan yang mudah?’[1]”
Lebih lanjut, ‘Aisyah berkata, “Maka beliau bersabda:
إِنَّمَا ذَلِكِ الْعَرْضُ وَلَكِنْ مَنْ نُوقِشَ الْحِسَابَ يَهْلِكْ.
‘Sesungguhnya yang demikian itu pada hari Kiamat, tetapi barangsiapa yang dipersulit ketika di hisab, maka dia akan binasa.’”
Dari ‘Aisyah Radhiyallahu anhuma, dia berkata, “Aku tanyakan, ‘Wahai Rasulullah, bagaimana dengan keturunan orang-orang mukmin (yang meninggal di waktu kecil)?’ Beliau bersabda:
‘Mereka termasuk dalam golongan orang tua mereka.’ Lalu kutanyakan, ‘Wahai Rasulullah, tanpa amal perbuatan.’ Beliau menjawab:
اَللهُ أَعْلَمُ بِمَا كَانُوا عَامِلِينَ، قُلْتُ: يَا رَسُولَ اللهِ فَـذَرَارِيُّ الْمُشْرِكِينَ قَالَ: مِنْ آبَائِهِمْ، قُلْتُ: بِلاَ عَمَلٍ؟ قَالَ: اللهُ أَعْلَمُ بِمَا كَانُوا عَامِلِينَ.
‘Allah Yang lebih mengetahui atas apa yang mereka kerjakan.’ ‘Wahai Rasulullah, lalu bagaimana dengan keturunan orang-orang musyrik (yang mati diwaktu kecil)?’ tanyaku. Beliau menjawab, ‘Mereka termasuk golongan orang tua mereka.’ ‘Apakah tanpa amal perbuatan?’ tanyaku. Beliau menjawab, ‘Allah Maha Mengetahui atas apa yang mereka kerjakan.’” [HR. Abu Dawud].
Catatan:
Syaikh Abu ‘Abdirrahman Muqbil bin Hadi al-Wadi’i rahimahullah mengatakan, “Ini adalah hadits shahih dari segi sanadnya. Sedangkan dari segi matan (isi hadits), jika diarahkan pada hukum duniawi, menyangkut jika orang-orang kafir berbaur dengan orang-orang muslim sementara mereka tidak bisa membedakan antara yang tua dengan yang kecil, maka anak-anak itu termasuk golongan orang tua mereka. Dan jika dilihat dari kaca mata hukum akhirat, maka mereka (anak-anak tersebut) berada di Surga, sebagaimana yang disebutkan oleh hadits Samurah bin Jundub.”[2]
Dari ‘Aisyah Radhiyallahu anhuma, dia berkata, “Aku pernah katakan, ‘Wahai Rasulullah, sesungguhnya aku telah mengetahui satu ayat yang paling tegas di dalam Kitabullah.’ Beliau bertanya, ‘Ayat apa itu, wa-hai ‘Aisyah?’
“Firman Allah:
مَنْ يَّعْمَلْ سُوْۤءًا يُّجْزَ بِهٖۙ
‘Barangsiapa yang mengerjakan kejahatan, niscaya akan diberi pembalasan dengan kejahatan itu.’” [An-Nisaa’/4: 123] jawabku.
Rasulullah bertanya, ‘Tidakkah engkau mengetahui, wahai ‘Aisyah bahwa seorang muslim yang terkena musibah atau duri, maka dia dibalas dengan cara dihapuskan perbuatan buruknya. Dan barangsiapa yang dipersulit ketika dihisab, maka dia akan diadzab?’
‘Aisyah berkata, ‘Bukankah Allah telah berfirman,
فَسَوْفَ يُحَاسَبُ حِسَابًا يَّسِيْرًاۙ
‘Maka ia akan diperiksa dengan pemeriksaan yang mudah?’[Al-Insyiqaaq/84: 8]
Beliau bersabda:
“Yang demikian itu pada hari Kiamat, wahai ‘Aisyah. Barangsiapa yang dipersulit ketika dihisab, maka dia akan diadzab.’”
Abu Dawud mengatakan, “Syaikh Abu ‘Abdirrahman rahimahullah mengatakan, ‘Hadits ini shahih dengan syarat Muslim.’ Dan juga diriwayatkan oleh al-Bukhari dan sebagian lagi oleh Muslim.”
Dari Zainab binti Jahsyin Radhiyallahu anha, bahwa Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah masuk menemuinya dalam keadaan ketakutan seraya berucap:
لاَ إِلهَ إِلاَّ اللهُ، وَيْلٌ لِلْعَرَبِ مِنْ شَرٍّ قَدِ اقْتَرَبَ، فُتِحَ الْيَوْمَ مِنْ رَدْمِ يَأْجُوجَ وَمَأْجُوجَ مِثْلُ هَذِهِ وَحَلَّقَ بِإِصْبَعِهِ اْلإِبْهَامِ.
“Laa ilaaha illallah (tiada ilah yang berhak diibadahi dengan benar, kecuali hanya Allah). Celaka bangsa Arab, dari kejahatan yang telah mendekat. Hari ini telah dibukakan pintu dari kemunculan Ya’juj dan Ma’juj seperti ini -beliau membuat ling-karan dengan kedua jarinya: ibu jari dan jari telunjuk.”
Zainab binti Jahsyin berkata, “Lalu aku katakan, ‘Wahai Rasulullah, apakah kita akan dibinasakan sementara di tengah-tengah kami terdapat orang-orang shalih?’”
Beliau menjawab, “Ya, jika banyak terjadi kejahatan.” [Muttafaq ‘alaih].
Dari ‘Aisyah, isteri Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, dia berkata, “Salma, budak yang dimerdekakan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam datang kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam untuk meminta izin kepada beliau (untuk mengadu) atas perlakuan Abu Rafi’ yang telah memukulnya.” ‘Aisyah berkata, “Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata kepada Abu Rafi’:
مَا لَكَ وَلَهَا يَا أَبَا رَافِعٍ؟ قَـالَ: تُؤْذِينِي يَا رَسُولَ اللهِ فَقَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: بِمَ آذَيْتِيهِ يَا سَلْمَى؟ قَالَتْ: يَا رَسُولَ اللهِ مَا آذَيْتُهُ بِشَيْءٍ، وَلَكِنَّهُ أَحْدَثَ وَهُوَ يُصَلِّي. فَقُلْتُ لَهُ يَا أَبَا رَافِعٍ إِنَّ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَدْ أَمَرَ الْمُسْلِمِينَ إِذَا خَرَجَ مِنْ أَحَدِهِـمُ الرِّيحُ أَنْ يَتَوَضَّأَ، فَقَامَ فَضَرَبَنِي، فَجَعَلَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَضْحَكُ وَيَقُولُ: يَا أَبَا رَافِعٍ إِنَّهَا لَمْ تَأْمُرْكَ إِلاَّ بِخَيْرٍ.
‘Wahai Abu Rafi’, apa yang terjadi antara dirimu dengannya?’ Dia menjawab, ‘Dia telah menyakitiku, wahai Rasulullah.’ Lalu Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bertanya, ‘Dengan apa engkau menyakitinya, wahai Salma?’ Dia menjawab, ‘Wahai Rasulullah, aku tidak menyakitinya sama sekali, tetapi dia berhadats (buang angin) ketika sedang shalat.” Kemudian aku katakan kepadanya, ‘Wahai Abu Rafi’, sesungguhnya Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah memerintahkan kepada kaum muslimin jika salah seorang dari mereka buang angin maka ia berwudhu.’ Lalu Abu Rafi’ berdiri dan memukulku. Maka Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam pun tertawa seraya berkata, ‘Wahai Abu Rafi’, sesungguhnya dia tidak menyuruhmu, kecuali yang baik.’” [HR. Ahmad dengan sanad yang hasan].[3]
[Disalin dari buku Al-Intishaar li Huquuqil Mu’minaat, Edisi Indonesia Dapatkan Hak-Hakmu Wahai Muslimah, Penulis Ummu Salamah As-Salafiyyah, Penerbit Pustaka Ibnu Katsir, Penerjemah Abdul Ghoffar EM]
______
Footnote
[1] QS. Al-Insyiqaaq/84 : 8.
[2] Ash-Shahiih al-Musnad mimmaa Laisaa fish Shahiihain (II/464).
[3] Hadits ini terdapat di dalam kitab ash-Shahiih al-Musnad (II/504).
Artikel asli: https://almanhaj.or.id/53915-memberikan-jawaban-atas-pertanyaan-isteri-dan-tidak-menghinanya.html